Ke Mana Kau Bawa Hatimu?
Hati ini kubawa melayari lautan gelora
dalam bahtera yang sudah lama berlabuh pergi
meninggalkan titik mulanya hidup ini
bersama impian-impian yang makin membesar
merentas samudera kehidupan yang diliputi ketidakpastian
hujungnya kabur, tak tergambar hentiannya di mana
namun bahtera ini terus menerjah gelombangnya
ketika tenangnya, hati ini berbahagia
ketika hempasannya dahsyat, hati ini bergoncang.
Andai saja lautan ini terus tenang tak bergelora
tentu aku lalai, dan asyik dengan belai samudera
andai saja aku gagal menempuh tiap gelombang yang melanda
tentu aku binasa, bersama hati yang kubawa.
Hati ini, dalam bahteranya, akulah nakhoda
aku dilepas berlayar menuju sebuah destinasi
untuk mempersembahkan hati ini kepada pemiliknya
lalu aku menanti perhitungan penguasa
mungkinkah ia tiba dengan sejahtera
atau terlihat penuh cemar dan noda?
Masih jauh lagikah pelabuhan itu?
aku tak pernah tahu
aku cuma pasti bahawa samudera ini bukan destinasi
ada sesuatu yang menanti di hujung pelayaran ini
namun aku selalu menzalimi hati ini
mencemarkan ia dengan sesuatu yang tidak menjadi keperluannya
lantas ia sering terluka, atas kekejaman aku sendiri
Aku tak ingin lagi begini
membawa hati terjun ke jurang sengsara
bersama dosa dan air mata
Adakah aku harus salahkan angin?
yang tugasnya bertiup seperti diarah pencipta?
Adakah aku harus salahkan gelombang
yang memang menjadi saudara kepada samudera?
Aku
ingin membawa hati ini
menuju Tuhan
dengan sejahtera.
Akulah nakhoda hatiku.
dalam bahtera yang sudah lama berlabuh pergi
meninggalkan titik mulanya hidup ini
bersama impian-impian yang makin membesar
merentas samudera kehidupan yang diliputi ketidakpastian
hujungnya kabur, tak tergambar hentiannya di mana
namun bahtera ini terus menerjah gelombangnya
ketika tenangnya, hati ini berbahagia
ketika hempasannya dahsyat, hati ini bergoncang.
Andai saja lautan ini terus tenang tak bergelora
tentu aku lalai, dan asyik dengan belai samudera
andai saja aku gagal menempuh tiap gelombang yang melanda
tentu aku binasa, bersama hati yang kubawa.
Hati ini, dalam bahteranya, akulah nakhoda
aku dilepas berlayar menuju sebuah destinasi
untuk mempersembahkan hati ini kepada pemiliknya
lalu aku menanti perhitungan penguasa
mungkinkah ia tiba dengan sejahtera
atau terlihat penuh cemar dan noda?
Masih jauh lagikah pelabuhan itu?
aku tak pernah tahu
aku cuma pasti bahawa samudera ini bukan destinasi
ada sesuatu yang menanti di hujung pelayaran ini
namun aku selalu menzalimi hati ini
mencemarkan ia dengan sesuatu yang tidak menjadi keperluannya
lantas ia sering terluka, atas kekejaman aku sendiri
Aku tak ingin lagi begini
membawa hati terjun ke jurang sengsara
bersama dosa dan air mata
Adakah aku harus salahkan angin?
yang tugasnya bertiup seperti diarah pencipta?
Adakah aku harus salahkan gelombang
yang memang menjadi saudara kepada samudera?
Aku
ingin membawa hati ini
menuju Tuhan
dengan sejahtera.
Akulah nakhoda hatiku.
Comments
Post a Comment
Apa pandangan anda? Kongsikan bersama pembaca yang lain.