Bersangka Baik Kepada Allah
Kita, adalah hamba selama-lamanya. Dia, adalah pencipta yang wujud sejak azali. Sehebat manapun kita rasakan tentang diri sendiri, kita takkan pernah mampu menandingi sekecil-kecil ciptaan-Nya, walau seekor nyamuk. Dia maha adil, tidak menzalimi manusia. Manusialah yang selalu menzalimi diri sendiri.
Ketika kita ditimpa musibah, perkara pertama yang harus kita hindarkan adalah mengeluh. Keluhan merupakan refleksi kepada kekesalan kita terhadap takdir Allah. Dalam ertikata lain, kita melahirkan rasa tidak puas hati dengan penguasa yang Maha Mengetahui. Tapi susah kan? Sebaik ditimpa masalah, dilanda musibah, senang sangat terkeluar daripada mulut, "aduh...kenapalah jadi macam ni...?".
Sebaik sahaja kita mengucapkan perkataan tersebut, tampillah syaitan meragu-ragukan hati, menghasut agar kita terus bersangka yang tidak-tidak kepada Allah. Jika kita cepat tersedar, Alhamdulillah. Jika tidak, kita akan dirundung kesedihan yang berpanjangan.
Instead of saying that, kita cuba latih diri mengeluarkan kata-kata yang lebih positif, seperti "Allahuakbar", "Subhanallah", "Alhamdulillah". Mudah-mudahan kata-kata sebegini menjauhkan kita daripada keluhan, dan agar perkara pertama yang terdetik di hati kita ketika ditimpa musibah adalah keredhaan terhadap takdir Allah. Lama-kelamaan, InsyaAllah kita akan mampu mengucapkan sambil tersenyum :)
Bersangka baik itu banyak memberikan kelapangan kepada hati, meluaskan wawasan berfikir dan mengundang kesejahteraan dalam hidup. Apatah lagi jika kita bersangka baik terhadap Allah, penguasa alam ini. Jelas diriwayatkan dalam sebuah hadith qudsi berkenaan perkara ini:
“Aku adalah menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku bersamanya ketika ia menyebut-Ku. Jika ia menyebut-Ku dalam dirinya, maka Aku menyebutnya dalam diri-Ku. Ketika ia menyebut-Ku ditengah-tengah sekelompok orang, maka Aku menyebutnya ditengah-tengah kelompok yang lebih baik dari mereka (kelompok malaikat).” (HR Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, At Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Dalam riwayat lain disebutkan,
“Sesungguhnya Allah SWT berfirman: Aku bersama hamba-Ku selama ia mengingat-Ku, dan selama kedua bibirnya masih bergerak menyebut nama-Ku.”(HR Ahmad, Bukhari, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al Hakim)
Wallahua'lam
Ketika kita ditimpa musibah, perkara pertama yang harus kita hindarkan adalah mengeluh. Keluhan merupakan refleksi kepada kekesalan kita terhadap takdir Allah. Dalam ertikata lain, kita melahirkan rasa tidak puas hati dengan penguasa yang Maha Mengetahui. Tapi susah kan? Sebaik ditimpa masalah, dilanda musibah, senang sangat terkeluar daripada mulut, "aduh...kenapalah jadi macam ni...?".
Sebaik sahaja kita mengucapkan perkataan tersebut, tampillah syaitan meragu-ragukan hati, menghasut agar kita terus bersangka yang tidak-tidak kepada Allah. Jika kita cepat tersedar, Alhamdulillah. Jika tidak, kita akan dirundung kesedihan yang berpanjangan.
Instead of saying that, kita cuba latih diri mengeluarkan kata-kata yang lebih positif, seperti "Allahuakbar", "Subhanallah", "Alhamdulillah". Mudah-mudahan kata-kata sebegini menjauhkan kita daripada keluhan, dan agar perkara pertama yang terdetik di hati kita ketika ditimpa musibah adalah keredhaan terhadap takdir Allah. Lama-kelamaan, InsyaAllah kita akan mampu mengucapkan sambil tersenyum :)
Bersangka baik itu banyak memberikan kelapangan kepada hati, meluaskan wawasan berfikir dan mengundang kesejahteraan dalam hidup. Apatah lagi jika kita bersangka baik terhadap Allah, penguasa alam ini. Jelas diriwayatkan dalam sebuah hadith qudsi berkenaan perkara ini:
“Aku adalah menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku bersamanya ketika ia menyebut-Ku. Jika ia menyebut-Ku dalam dirinya, maka Aku menyebutnya dalam diri-Ku. Ketika ia menyebut-Ku ditengah-tengah sekelompok orang, maka Aku menyebutnya ditengah-tengah kelompok yang lebih baik dari mereka (kelompok malaikat).” (HR Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, At Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Dalam riwayat lain disebutkan,
“Sesungguhnya Allah SWT berfirman: Aku bersama hamba-Ku selama ia mengingat-Ku, dan selama kedua bibirnya masih bergerak menyebut nama-Ku.”(HR Ahmad, Bukhari, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al Hakim)
Wallahua'lam
Comments
Post a Comment
Apa pandangan anda? Kongsikan bersama pembaca yang lain.