Kemenangan Adalah Milik Allah
Kemenangan adalah milik Allah. Jika Dia belum mahu memberikannya kepada kita, maka kita takkan pernah memperolehnya. Kita selalu tertipu. Merasakan bahawa kemenangan itu milik kita, hak kita, bahawa dengan segala amal dan usaha yang kita lakukan, kita pasti menang. Sehinggakan kita terkeliru, tersilau mata. Memfokuskan kepada kemenangan, bukan pada amal dakwah yang berterusan.
Kita harus memahami realiti dakwah. Ia bersifat Robbani. Kita menyeru manusia kepada Allah, menegakkan hukum-hukum Allah. Dakwah ini bukan milik kita, ia adalah amanah. Amanah yang wajib kita sandarkan kepada-Nya. Apabila Dia menentukan bahawa sudah tiba masanya kita menang, maka pasti tidak ada yang dapat menghalang. Jika masih belum nampak bibit-bibit kemenangan, kita harus terus beramal dan berjihad tanpa sedikitpun meragui akan kehendak Allah.
Maka kemenangan, adalah sebuah anugerah Allah. Apabila Allah memberikannya kepada kita, itu bererti sudah selayaknya kita memperolehnya. Jika belum, ertinya kita belum layak memperolehnya. Boleh jadi kesediaan kita belum cukup untuk menggalas segala amanah-amanah pasca kemenangan tersebut. Maka masa, bukanlah sebuah indikator sesebuah kemenangan. Sekalipun sebuah perjuangan itu memakan masa puluhan tahun, bahkan ratusan tahun, belum menjadi penguat bahawa kita harus menang, kerana ia adalah sebuah ketentuan Allah!
Kita tahu bahawa kita bukan pemula sebuah perjuangan menegakkan agama Allah. Kita adalah penerus kepada tali-tali rantainya. Dan hujungnya belum tentu kita. Kita mungkin akan bisa merasa kemenangan tersebut, atau kita mungkin mati sebelum tertegak agama ini di seluruh pelusuk bumi. Apa yang paling penting, kita mengambil posisi penerus dakwah yang tidak kenal henti berjuang dan tidak menggantungkan usaha kepada hasil.
Taujih Robbani itu selalu menyeru kita agar ikhlas dalam perjuangan. Tidak merasa besar dengan amal kita, tidak menggantungkan kekuatan pada jumlah kita. Lihat sahaja dalam kisah perang Hunain ketika Umat Islam itu ramai, namun Allah memberikan pelajaran dengan menangguhkan kemenangan untuk Umat Islam. Firman Allah:
“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi bongkak karena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.” (At-Taubah: 25)
Sudah tiba masanya kita tidak bermain-main dalam melaksanakan dakwah ilallah. Ketika Allah memilih kita untuk diberikan nikmat besar ini, janganlah kita mengabaikan dan menolaknya, lalu menjadikannya sebagai tugas sampingan. Takut-takut bila sampai masa kemenangan, kita tidak berada bersama-sama dalam angkatan yang memperjuangkannya.
Bersyukurlah, apabila Allah terus memberikan kesempatan dan ruang untuk kita beramal. Jangan dirisaukan akan kemenangan dan jangan dijadikan ia pelemah kepada amal, kerana KEMENANGAN ADALAH MILIK ALLAH!
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (An-Nasr: 1-3)
Kemenangan besar yang kita semua inginkan adalah kita mati dalam keadaan Allah meredhai kita, bahkan lebih istimewa kita gugur ketika sedang melaksanakan tugas-tugas dakwah.
Wallahua’lam.
Kita harus memahami realiti dakwah. Ia bersifat Robbani. Kita menyeru manusia kepada Allah, menegakkan hukum-hukum Allah. Dakwah ini bukan milik kita, ia adalah amanah. Amanah yang wajib kita sandarkan kepada-Nya. Apabila Dia menentukan bahawa sudah tiba masanya kita menang, maka pasti tidak ada yang dapat menghalang. Jika masih belum nampak bibit-bibit kemenangan, kita harus terus beramal dan berjihad tanpa sedikitpun meragui akan kehendak Allah.
Maka kemenangan, adalah sebuah anugerah Allah. Apabila Allah memberikannya kepada kita, itu bererti sudah selayaknya kita memperolehnya. Jika belum, ertinya kita belum layak memperolehnya. Boleh jadi kesediaan kita belum cukup untuk menggalas segala amanah-amanah pasca kemenangan tersebut. Maka masa, bukanlah sebuah indikator sesebuah kemenangan. Sekalipun sebuah perjuangan itu memakan masa puluhan tahun, bahkan ratusan tahun, belum menjadi penguat bahawa kita harus menang, kerana ia adalah sebuah ketentuan Allah!
Kita tahu bahawa kita bukan pemula sebuah perjuangan menegakkan agama Allah. Kita adalah penerus kepada tali-tali rantainya. Dan hujungnya belum tentu kita. Kita mungkin akan bisa merasa kemenangan tersebut, atau kita mungkin mati sebelum tertegak agama ini di seluruh pelusuk bumi. Apa yang paling penting, kita mengambil posisi penerus dakwah yang tidak kenal henti berjuang dan tidak menggantungkan usaha kepada hasil.
Taujih Robbani itu selalu menyeru kita agar ikhlas dalam perjuangan. Tidak merasa besar dengan amal kita, tidak menggantungkan kekuatan pada jumlah kita. Lihat sahaja dalam kisah perang Hunain ketika Umat Islam itu ramai, namun Allah memberikan pelajaran dengan menangguhkan kemenangan untuk Umat Islam. Firman Allah:
“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi bongkak karena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.” (At-Taubah: 25)
Sudah tiba masanya kita tidak bermain-main dalam melaksanakan dakwah ilallah. Ketika Allah memilih kita untuk diberikan nikmat besar ini, janganlah kita mengabaikan dan menolaknya, lalu menjadikannya sebagai tugas sampingan. Takut-takut bila sampai masa kemenangan, kita tidak berada bersama-sama dalam angkatan yang memperjuangkannya.
Bersyukurlah, apabila Allah terus memberikan kesempatan dan ruang untuk kita beramal. Jangan dirisaukan akan kemenangan dan jangan dijadikan ia pelemah kepada amal, kerana KEMENANGAN ADALAH MILIK ALLAH!
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (An-Nasr: 1-3)
Kemenangan besar yang kita semua inginkan adalah kita mati dalam keadaan Allah meredhai kita, bahkan lebih istimewa kita gugur ketika sedang melaksanakan tugas-tugas dakwah.
Wallahua’lam.
Comments
Post a Comment
Apa pandangan anda? Kongsikan bersama pembaca yang lain.